HAKIKAT
DAN PROSEDUR
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS (PTK)
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap guru diharapkan akan memiliki
bekal wawasan awal untuk menuju ke
wawasan dan pemahaman yang benar, lebih luas, dan dinamis tentang PTK.
Agar nantinya setiap guru memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian
tindakan kelas baik secara mandiri,
terutama secara kolaboratif. Dengan
melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif, guru dapat menciptakan
kemitraan yang fungsional dan profesional dengan pihak-pihak lain yang
berkompeten, sehingga pada akhirnya kemitraan yang demikian itu akan mampu
menciptakan kondisi yang kondusif baik
bagi guru maupun pihak lain dalam mengembangkan profesionalisme masing-masing
secara simbiotik mutualistik dalam mengemban tugas dan usaha meningkatkan mutu
pendidikan khususnya mutu pembelajaran bidang studi yang menjadi tanggungjawab
masing-masing guru.
Konsep
tentang penelitian tindakan atau action research dikemukakan pertama kali pada
tahun 1944 oleh Kurt Lewin. Tetapi orang
meragukan validitas penelitian
model tersebut. Foster (1972) menyebutkan
action research hanya menghasilkan penelitian dengan tindakan kecil atau menghasilkan tindakan
dengan penelitian kecil. Tetapi Freire (1982) melihat dari sisi lain dan
mengatakan bahwa penelitian tindakan
bukan dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu, melainkan untuk kepentingan orang yang melakukan
penelitian tindakan itu sendiri termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah .
Apa kepentingan yang bersangkutan ? Kepentingan yang bersangkutan adalah mengupayakan perbaikan berkelanjutan
atas tindakannya. Jadi bagi guru adalah mengupayakan perbaikan berkelanjutan
berbagi aspek yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penelitian
Tindakan Kelas
A. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
PTK
adalah terjemahan dari bahasa Inggris “classroom
action research”, yang saat ini sedang berkembang dengan pesatnya di
negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli
penelitian pendidikan akhir-akhir ini memberi perhatian yang cukup
besar terhadap PTK, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara
dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar-mengajar di
kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan
proses dan hasil pembelajaran yang
terjadi pada siswa. McNiff (1999: 1) dalam bukunya yang berjudul Action
Research Principles and Practice memgurung
PTK sebagai bentuk penelitian reflektif
yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya
dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum,
pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagai salah
satu bentuk evaluasi diri
guru.
Menurut
Suyanto (1997) dia mendefinisikan PTK sebagai
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
profesional.
Stephen Kemmis (dalam Hopkins,
1992) menyatakan PTK sebagai suatu
bentuk penelahaan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan)
untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial
atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap
praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa definisi PTK
tersebut, dapat kita menarik benang merah kesejajaran pengertian bahwa PTK
merupakan (a) bentuk kajian yang sistematis reflektif, (b) dilakukan oleh
pelaku tindakan (guru), dan (c) dilakukan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran.
PTK bersifat reflektif. Artinya,
dalam proses penelitian itu guru
sekaligus peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak
tindakan tetjadi di kelas. Dari pemikiran itu, kemudian dapat mencari
pemecahannya melalui tindakan-tindakan
pembelajaran tertentu (Suyanto, 1997). Jika guru dengan bekal refleksi kemudian
mengadakan penelitian, pada akhir tindakan itu pun guru kembali mengadakan
refleksi untuk memperbaiki tindakan dan melakukan rencana untuk perbaikan tahap
berikutnya. Seorang guru akan
terus-menerus mengadakan refleksi itu sampai pembelajaran di kelas berhasil dengan baik.
0leh sebab itu, PTK dilaksanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur yang
terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pellaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi.
B. Karakteristik PTK
Dengan
PTK, seorang guru akan berupaya untuk memperbaiki pembelajaran agar menjadi lebih efektif.
Pertanyaan selanjutnya adalah: Haruskah Guru mengorbankan proses pembelajaran
karena melakukan PTK ? PTK jangan sekali-kali menjadikan proses belajar
mengajar terganggu. Guru tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas yang sudah
direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah sejalan dengan rencana rutin Guru
sebagai guru. PTK juga diharapkan tidak lagi memberikan beban tambahan yang
lebih berat bagi Guru. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi dengan kegiatan
sehari-hari di kelas (Suyanto, 1997).
Pada sisi lain, PTK dapat
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal itu dapat
terjadi karena setelah Guru meneliti kegiatan-sendiri di kelas Guru--dengan
melibatkan siswa--Guru akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk
perbaikan pembelajaran. Dengan
demikian, Guru dapat membuktikan apakah suatu teori belajar mengajar dapat
diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Guru juga dapat mengadaptasi atau
mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar pembelajaran efektif,
efisien, optimal, dan fungsional.
Berdasarkan uraian tersebut,
dapatkah Guru merumuskan karakteristik PTK?
Menurut Suyanto (1997), PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut.
Pertama,
permasalahannya diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang benar-benar
dihayati oleh guru sebagai masalah yang
harus diatasi. Masalah tidak berasal dari luar atau disarankan oleh orang lain
yang tidak tahu-menahu masalah yang terjadi di dalam kelas. Masalah juga bukan
berasal dari hasil penelitian atau atau hasil kajian lain yang di luar
penghayatan guru.
Kedua,
PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Guru tidak harus sendirian
berupaya memperbaiki pembelajarannya.
Ia dapat dibantu oleh pakar pendidikan, oleh dosen LPTK, atau oleh kepala
sekolah, pengawas, atau bahkan oleh guru lain.
Ketiga,
PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Penelitian yang dilakukan di
kelas tidaklah selalu menampakkan PTK. Penelitian di kelas yang tanpa
memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk perbaikan pembelajaran bukanlah PTK. Itu hanya merupakan
penelitian kelas. Misalnya, penelitian tentang kemampuan membaca siswa kelas
dua sekolah dasar adalah penelitian kelas, bukan PTK. Penelitian semacam itu
hanya mendeskripsikan kemampuan membaca siswa kelas dua tanpa ada tindakan
perbaikan jika teryata kemampuan membaca siswa itu rendah. Sebaliknya, jika
guru berupaya untuk memperbaiki kondisi kemampuan membaca yang rendah itu
dengan tindakan tertentu, misalnya memilih bahan bacaan yang menarik yang
bergambar, yang berisi ceritera-ceritera lucu, dan sebagainya, maka penelitian
semacam itu adalah PTK.
Menurut Hopkins (1992), PTK
mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Perbaikan pembelajaran dari dalam (An inquiry on practice from within),
b. Usaha kolaboratif antara guru dan dosen (A collaborative effort between school teachers and teacher educators),
c. Bersifat reflektif (A reflective practice made public).
C. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan
uraian mengenai pengertian dan karakteristik PTK, tentunya Guru dapat mulai
mengidentifikasi prinsip-prinsip PTK. Bagimana hasil identifikasi Guru?
Marilah kita bandingkan hasil
identifikasi Guru dengan pendapat Hopkins (1992) yang menyatakan ada enam
prinsip penting dalam PTK. Prinsip tersebut sebagai berikut.
a. Tidak mengganggu komitmen
mengajar PTK,artinya tidak boleh mengganggu
kegiatan guru mengajar di kelasnya.
b. Tidak terlalu menyita
waktu.
Metode pengumpulan data
yang digunakan tidak menuntut waktu
yang berlebihan sehingga mengganggu
proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani
sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.
c. Metode yang digunakan harus dapat dipertanggung
jawabkan reliabilitasnya (reliable) sehingga memungkinkan guru mengindentifikasikan serta merumuskan
hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada
situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab
hipotesis yang dikemukakannya. Meskipun ada kelonggaran, penerapan asas-asas
dasar telaah yang taat kaidah tetap harus dipertahankan.
d. Merupakan masalah guru
Masalah penelitian
yang diangkat oleh guru seharusnya merupakan masalah yang memang benar-benar
merisaukannya dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya.
e.
Konsisten terhadap prosedur etika
Dalam menyelenggarakan PTK
guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap
prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus
dikomunikasikan kepada pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada teman sejawat,
dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, dilaporkan hasilnya sesuai dengan
tata krama penyusunan karya ilmiah, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan
subjek didik.
f. Permasalahan ada dalam
perspektif misi sekolah
Dalam pelaksanaan
PTK sejauh mungkin guru harus menggunakan wawasan yang lebih
luas daripada perspektif kelas. Artinya, permasalahan tidak dilihat terbatas
dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam
perspektif misi dan visi sekolah secara keseluruhan.
D. Tujuan Penelitian
Tindakan Kelas
Apabila
kita mencermati pengertian PTK, akan sangat jelas bahwa tujuan PTK tidak
lain adalah untuk memperbaiki pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas
proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
Sebagai guru, Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam
mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat. Secara
lebih luas PTK juga merupakan sarana
untuk dapat meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak
didik dan masyarakat. PTK dapat meningkatkan kualitas program sekolah secara
keseluruhan.
Dasar
utama dilaksanakannya PTK adalah untuk perbaikan pembelajaran khususnya dan
perbaikan program sekolah pada umunmya. PTK pada dasarnya juga merupakan sebuah upaya untuk
meningkatkan keterampilan Guru untuk
menanggulangi berbagai masalah yang muncul di kelas atau di sekolah dengan atau
tanpa masukan khusus berupa berbagai program pelatihan yang eksplisit. Dengan
kata lain, PTK mewujudkan proses latihan
dalam jabatan yang unik. Mengapa demikian? Pertama, kebutuhan pelaksanaannya
tumbuh dari guru itu sendiri. Kedua, proses pelatihan terjadi secara hands-on, tidak dalam situasi
artifisial. Raka Joni (1998) dengan sangat jelas membedakan kedua bentuk
kegiatan tersebut. Menurutnya, ada tujuan penyerta yang muncul dalam PTK, yakni tumbuhnya budaya meneliti di
kalangan para guru.
E. Manfaat Penelitian
Tindakan Kelas
Pada
bagian awal telah disebutkan bahwa PTK pada hakikatnya bertujuan untuk
meningkatkan pembelajaran. Dari tujuan itu jelaslah bahwa PTK akan sangat bermanfaat bagi Guru untuk mengembangkan proses belajar mengajar
di kelas. Berdasarkan pengetahuan tentang teori belajar dan mengajar yang
sesuai dengan bidang studi, Guru dapat mengembangkan teknik, metode, atau
pendekatan yang akan terus Guru kaji untuk
melihat efektivitasnya di kelas, di tempat Guru mengajar. Hal itu dapat terus Guru
lakukan karena setiap tahun Guru akan berhadapan dengan anak-anak yang
berbeda-beda, baik tingkat kelas, tingkat umurnya, latar sosial budayanya,
maupun Iatar kecerdasannya. Dengan demikian, Guru akan dapat mengembangkan
proses belajar mengajar yang optimal
bagi anak didik yang Guru asuh di kelas.
Proses belajar mengajar dapat dikembangkan terus-menerus sehingga terjadilah
inovasi dalam proses belajar mengajar.
Di samping itu, PTK merupakan bahan
refleksi bagi Guru untuk terus
mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah
atau kelas. Pemilihan tujuan yang tepat, materi yang sesuai, serta metode ataupun teknik serta media dan evaluasi yang tepat adalah sasaran
yang dapat dicapai. Itu berarti
bahwa Guru akan terus memperbaiki kurikulum di tingkat
sekolah ataupun kelasnya. Guru tahu bahwa guru yang profesionai adalah guru yang terus rnenerus mau belajar untuk
menjadi guru yang baik. Untuk itu, perubahan terus-menerus dikembangkannya.
Dengan PTK, guru, pada hakikatnya akan semakin pofesional sebab ia akan terus
merefleksi proses belajar mengajarnya. Ia akan terus melakukan
tindakan-tindakan yang tepat untuk perbaikan, dan mengadakan evaluasi atas
kinerjanya sendiri.
Dalam hal manfaat PTK ini, secara
ringkas, Suyanto (1997) menyatakan bahwa manfaat PTK adalah :
(1) inovasi pembelajaran,
(2)
pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas,
(3) peningkatan
profesionalitas guru.
2.2 Prosedur
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK
bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan
pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari
pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan
pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar.
Pembahasan
berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan
fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti
dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila
diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya tersebut
dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang
ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya. Sesudah menetapkan
pokok permasalahan secara mantap langkah berikutnya adalah:
1.
Perencanaan
tindakan
2.
Pelaksanaan
tindakan
3.
Pengumpulan
data (pengamatan/observasi)
4.
Refleksi
(analisis, dan interpretasi).
1. Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum
suatu masalah ditetapkan atau dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan
keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil
pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk
menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini
disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal
yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
·
Apakah
kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai ?
·
Apakah proses
pembelajaran yang dilakukan cukup efektif ?
·
Apakah sarana
pembelajaran cukup memadai ?
·
Apakah hasil
pembelajaran cukup berkualitas ?
·
Apakah suasana
dalam proses belajar mengajar kondusif ?
Secara
umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai
berikut :
·
Masalah itu menunjukkan
suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses
pembelajaran.
·
Masalah
tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan
alternatif solusi.
·
Masalah
tersebut sangat merisaukan dan mendesak untuk segera diatasi.
·
Adanya
kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui
tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan
agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang
memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi
keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model
tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun.
Pertanyaan
yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain
seperti di bawah ini.
·
Apakah masalah
yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?
·
Apakah ada
masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
·
Adakah hasil
penelitian pendukung dari masalah yang akan dipecahkan
·
Apakah ada
bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik
pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Setelah
memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan dengan
analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masalah juga dimaksud
untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan.
Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap
permasalahan dilihat dari segi kelayakannya.
Analisis
masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi
tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator
keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait
lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Pada
tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan
dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas
memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan
masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai
berikut.
·
Apakah strategi
pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis?
·
Apakah
pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran?
·
Apakah
penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran?
·
Apakah penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran IPS?
2. Perencanaan Tindakan
Setelah
masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan
yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke
dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara
optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu
dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis
tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Secara
rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai
berikut.
a.
Menetapkan cara
yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan masalah. Umumnya
dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah,
kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat
dilakukan guru.
b.
Mentukan cara
yang tepat untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menjabarkan
indikator-indikator keberhasilan.
c.
Membuat secara
rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata
pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan langkah pembelajaran
sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator
ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data yang sesuai.
3.
Pelaksanaan Tindakan
Pada
tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan penutup diterapkan. Skenario tindakan harus
dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru,
pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan.
Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan
dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana
(skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK :
a.
Dirancang
penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan: A,
B, C, dan D.
b.
Format tugas:
pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris,
dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan
cara random, dengan cara yang menyenangkan.
c.
Kegiatan
kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja/
belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam Infocus untuk persiapan
presentasi.
d.
Presentasi dan
diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno
kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil
pembelajaran.
e.
Jenis data yang
dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa
yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum
(pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.
4. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data
Tahapan
ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung
dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil
kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.
Instrumen
yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi;
dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif
yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa
selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk lain yang
dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
5. Refleksi
Tahapan
ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,
berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat
masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui
siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang,
dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian
diatas saya dapat menyimpulkan :
·
PTK adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
·
Prinsip
Penelitian Tindakan Kelas :
1. Tidak boleh mengganggu
kegiatan guru mengajar di kelasnya.
2. Tidak terlalu menyita waktu.
3. Metode pengumpulan data yang
dapat ditangani sendiri oleh guru sehingga
ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.
4. Metode yang digunakan harus dapat dipertanggung
jawabkan reliabilitasnya (reliable)
5. Merupakan masalah guru
6.
Konsisten terhadap prosedur etika
7. Permasalahan ada dalam perspektif misi sekolah
·
Penelitian Tindakan Kelas bukan
dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu, melainkan
untuk kepentingan orang yang melakukan penelitian tindakan itu sendiri
termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah.
·
Prosedur PTK :
1.
Penetapan focus
permasalahan
2.
Perencanaan
tindakan
3.
Pelaksanaan
tindakan
4.
Pengumpulan
data (pengamatan/observasi)
5.
Refleksi
(analisis, dan interpretasi).
DAFTAR PUSTAKA
Kemmis &
Taggart, 1982, The Action Research Planner
McNiff, J.
1992. Action Research: Principles And Practice. London: Routledge
M. Foster,
1972, An Introduction to the Theory and Practice of Action
Reseorch in Work Organization
Paulo Freire,
1982, Creating Alternative Research Methods: Learning to Do It by Doing It
http://p4mriunima.wordpress.com/2011/11/03/hakikat-penelitian-tindakan-kelas-ptk-bagi-guru/
Labels:
Kumpulan Makalah
Thanks for reading Makalah Hakikat dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Please share...!
0 Comment for "Makalah Hakikat dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)"